BREAKING NEWS

Info PPDB

Hasil Karya Siswa

Pengumuman

Jumat, 23 Desember 2011

50 Tahun Mendatang Anak Kita

-M. Fauzil Adhim

Mungkin kita sudah mati dan jasad kita dikubur entah dimana, atau sedang tua renta sehingga harus berpegangan tongkat untuk berjalan; atau sedang menjemput syahid di jalan Allah di hari yang sama dengan jam saat kita berbincang di tempat ini; atau kita sedang menunggu kematian datang dengan kebaikan yang besar dan bukan keburukan. Allahumma Amin……….

50 Tahun Yang Akan Datang…

Anak-anak kita mungkin sudah tersebar di seluruh dunia. Saat itu, mungkin ada yang sedang menggugah inspirasi umat Islam seluruh dunia, berbicara dari Mesir hingga Amerika, dari Makkah Al Mukarramah hingga Barcelona. Ia menggerakan hati dan melakukan proyek-proyek kebaikan, sehingga kota-kota yang pada zaman keemasan Islam yang terang benderang oleh cahaya-Nya, dari Gibraltar hingga Madrid, dari Istambul hingga Shenzhen, kembali dipenuhi gemuruh takbir saat pengujung malam datang. Sementara siangnya mereka seperti singa kelaparan yang bekerja keras menggenggam dunia. Mereka membasahi tubuhnya dengan keringat karena kerasnya mereka bekerja meski segala fasilitas telah mereka dapat, sementara di malam hari mereka membasahi wajah dan hatinya dengan air mata karena besarnya rasa takut kepada Allah Ta`ala. Rasa takut yang bersumber dari cinta dan taat kepada-Nya.

Ya, mereka bekerja keras meski harta sudah di tangan. Mereka gigih merebut dunia bukan karena gila harta dan takut mati (hubbud-dunya wa karahiyatul-maut), melainkan karena mereka ingin menjadikan setiap detik kehidupannya untuk menolong agama Allah `Azza wa Jalla dengan mengambil fardhu kifayah yang belum banyak tertangani. Mereka gigih bekerja karena mengharap setiap tetes keringatnya dapat menjadi pembuka jalan ke surga.

Kelak (izinkan saya bermimpi) anak-anak kita bertebaran di muka bumi. Mereka berjalan di muka bumi meninggikan kalimat Allah, menyeru kebenaran dengan cara yang baik (amar ma`ruf), saling mengingatkan untuk menjauh dari kemungkaran dan mengingat Allah ta`ala dengan benar. Tangan mereka mengendalikan kehidupan, tetapi hati mereka merindukan kematian. Bukan karena jenuh menghadapi hidup dan berputus asa terhadap dunia, melainkan karena kuatnya keinginan untuk pulang ke kampung akhirat dan mengharap pertemuan dengan Allah dan Rasul-Nya.

Mereka inilah anak-anak yang hidup jiwanya. Bukan cuma sekedar cerdas otaknya. Mereka inilah anak-anak yang kuat imannya, kuat ibadahnya, kuat ilmunya, kuat himmahnya, kuat ikhtiarnya, kuat pula sujudnya. Dan itu semua tak akan pernah terwujud jika kita tidak mempersiapkannya hari ini!

50 Tahun Yang Akan Datang…

Di negeri ini…, kita mungkin menemui pusara bapak-bapak yang hari ini sedang mewarnai anak-anak kita. Mereka terbujur tanpa nisan tanpa prasasti, sementara hidangan di surga telah menanti. Atau sebaliknya, beribu-ribu monumen berdiri untk mengenangnya, sementara tak ada lagi kebaikan yang diharapkan. Mereka menjadi berhala yang dikenang dengan perayaan, tetapi tak ada doa yang membasahi lisan anak-anaknya. Na`udzubillahi min dzalik.

Betapa banyak pelajaran yang betabur di sekeliling kita; dari orang yang masih hidup atau mereka yang sudah tiada. Tetapi betapa sedikit yang kita renungkan. Kisah tentang K.H Ahmad Dahlan yang mengulang-ulang pembahasan tentang al-ma`un hingga menimbulkan pertanyaan dari murid-muridnya, masih kerap kita dengar. Jejak-jejak kebaikan berupa rumah sakit, panti asuhan, dan sekolah-sekolah juga masih bertebaran. Tetapi, jejak-jejak ruhiyah dan idealisme yang membuat K.H Ahmad Dahlan bergerak menata akidah umat ini, rasanya semakin lama semakin sulit kita lacak.

Tulisan Hadtratusy-Syaikh Hasyim Asy`ari, sahabat dekat K.H Ahmad Dahlan, yang mendirikan Nahdlatul Ulama, masih bisa kita lacak, meski semakin langka. Tetapi, jejak-jejak ruhiyah dan idealisme sulit kita temukan. Apa yang dulu diyakini haram oleh Hadratusy-syaikh, hari ini justru dianggap wajib oleh mereka yang merasa sebagai pengikutnya.

Apa artinya? iman kita wariskan, kecuali hari ini kita didik mereka dengan sungguh-sungguh untuk mencintai Tuhannnya. Keyakinan, cara pandang, idealisme juga tidak bisa diwariskan ke dada mereka kalau hari ini kita hanya sibuk memikirkan dunianya. Bukan akhiratnya. Atau kita persiapakan mereka menuju akhirat, tetapi kita hanya bekali mereka dengan kekuatan, keterampilan, dan ilmu untuk memenangi hidup di dunia dan menggenggam dengan tangan mereka. Betapa banyak anak-anak yang dulu rajin puasa Senin-Kamis, tetapi ketika harus bertarung welawan kesulitan hidup, imannya yang berubah Senin-Kamis. Kadang ada, kadang nyaris tak tersisa. Na`udzubillah min dzalik.

Teringatlah saya dengan perkataan Nabi Ya`qub saat menghadapi sakaratul maut. Allah Ta`ala mengabadikannya dalam Surat Al Baqarah ayat 133:

Adakah kamu hadir ketika Ya`qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata pada anak-anaknya: ”Apa yang kamu sembah sepeninggalku?”, Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Isma`il, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya“ (QS. Al –Baqarah: 133).

Ya, inilah pertanyaan Nabi Ya`qub `Alaihi-salam, Maa ta`buduuna min ba`di? Apakah yang akan kalian sembah sepeninggalku? Bukan, “Maa ta`kuluuna min ba`di? apa yang kalian makan sesudah aku tiada?”

Lalu, seberapa gelisah kita hari ini? Apakah kita sibuk memperbanyak tabungan agar kelak mereka tidak kebingungan cari makan sesudah kita tiada? apakah kita bekali mereka dengan tujuan hidup, visi besar, semangat yang menyala-nyala, budaya belajar yang tinggi, iman yang kuat dan kesediaan berbagi karena Allah. Kita hidupkan jiwanya dengan bacaan yang bergizi, nasihat yang menyejukan hati, dorongan yang melecut semangat, tantangan yang menggugah, dan dukungan pada saat gagal sehingga ia merasa kita perhatikan. Kita nyalakan tujuan hidupnya dengan mengajarkan mereka untuk mengenal Tuhannnya. Dan, kita bangun visi besar mereka dengan menghadirkan kisah orang-orang besar sepanjang sejarah; orang-orang saleh yang telah memberi warna bagi kehidupan ini, sehingga mereka menemukan figur untuk dipelajari, dikagumi, dan dijadikan contoh.

50 tahun mendatang anak kita, hari inilah menentukannya. Semoga warisan terbaik kita untuk mereka adalah pendidikan yang kita berikan dengan berbekal ilmu dan kesungguhan. Kita antarkan pesan-pesan itu dengan cara yang terbaik. Sementara doa-doa yang kita panjatkan dengan tangis dan air mata, semoga mengenapkan yang kurang, meluruskan yang keliru, menyempurnakan yang baik dan diatas semuanya, kepada siapa lagi kita meminta selain kepada-Nya?

Ya Allah…, ampunilah aku yang lebih sering lalai daripada ingat, yang lebih sering zhalim dari pada adil, yang sering bakhil daripada berbagi karena mengaharap ridha-Mu, yang lebih banyak jahil daripada mengilmu setiap tindakan, yang lebih banyak berbuat dosa daripada melakukan kebajikan…

Ya Allah Yang Maha Menggenggam langit dan bumi… Kalau sewaktu-waktu Engkau cabut nyawaku, jadikanlah ia sebagai penutup keburukan dan pembuka kebaikan. Kalau sewaktu-waktu Engkau cabut nyawaku, jadikanlah ia sebagai jalan perjumpaan dengan-Mu dan bukan permulaan musibah yang tak ada ujungnya. Jadikanlah ia sebagai penggenap kebaikan agar anak-anak kami mampu berbuat yang lebih baik untuk agamamu.

Ya Allah, jangan jadikan kami penghalang kebaikan dan kemuliaan anak-anak kami, hanya karena kami tak mengerti mereka. Amin…

Posting Komentar

 
Copyright © 2021 SD Integral Luqman Al Hakim Hidayatullah Bojonegoro
Distributed By Free Premium Themes. Powered byBlogger
banner